Rencanakan, laksanakan!, tidak butuh waktu lama, kurang dari 10
menit merencanakan lalu bergegas goes (baca:gowes sepeda) dari kecamatan
Padarincang menuju pantai Batu Saung.
Tiga sepeda jenis yang berbeda menuju pantai ditempuh satu jam
lebih yang jika ditempuh sepeda motor hanya 15 menitan saja dengan kecepatan
rata rata 60 Km/h. Nampak tidak ada adrenalin dan tantangan jika fisik dan
postur tubuh pembaca sekarang (yang atletis, jika tidak De El hehe).
Lelah, susah, sekaligus senang bisa sampai target dengan fisik yang
tidak begitu atletis namun tetap ganteng (mutlak), jujur saja berat
badan saya 80 Kg, tinggi badan 155 cm meski kadang saya kekeuh tinggi
badan saya itu 157 cm. Bayangkan mendalam lebih mendalam lalu tidur, eh ga usah
tidur deng’ lanjutin baca lagi aja, seseorang berbadan gemuk (ok saya
akui biar gampang nulisnya dan dipahami orang) berusaha sekuat tenaga mengayuh
pedal sepeda dengan lintasan nanjak menurun hingga saya seolah merasakan ubun
ubun saya mau pecah, lebay? Tidak ! coba kalian gemukan badan dan lakukan
aktifitas ini, sama pasti ubun ubunnya nyut nyutan, coba saja!.
Menuju-nya sih hampir tak ada masalah, jalan masih
terlihat jelas baik lobang maupun pengendara lainnya. Lain lagi dengan
pulangnya, jamnya saya lupa tapi momennya saya ingat, tepat setelah adzan Magrib
saya dan kawan kawan melanjutkan perjalanan pulang sembari cari Masjid untuk
Shalat Magrib dan Isya. Sekedar info, gunakan rukhsoh , saya shalat diqashar/
diringkas antara Magrib dan Isya, caranya? Googling deh hehe.
Setelah Shalat ya jelas kami berdoa memohon keselamatan sama yang
punya alam semesta “Alloh”, Bismillah kami lanjutkan, sampai ahirnya
kami sempat berfikir untuk nge-gembel karena saking cape dan
ketakutannya dalam jalanan gelap gulita. Ah cemen? Bukan, jalanan kampung
berbeda, masih ada harimau (konon katanya), begal terjadi H-2 kita goes, belum
lagi cerita mistik nenek gayung dan ular penunggu pohon terbesar se-Banten
(belum ada penelitian, namun cek dan datangi, melongo dah ente) dan
sebagainya.
Istirahat tak lagi terhitung sudah berapa kali beristirahat,
satu hal yang mesti diketahui pembaca, saya bersepeda jarang membawa bahkan tidak
pernah membawa uang, kalo pun bawa paling banyak bawa uang hanya 10 ribu
aja, bukan apa apa, ini hanya supaya setelah olah raga tidak jajan dan makan
lagi, sayang udah buang lemak masa timbun lagih!.
Gowes, tuntun (sunda: dorong sepeda) itu strategi saya jika kelelahan, oh satu
lagi, satu orang cape semua istirahat hehe, bisa bisanya saya saja sih biar
gak ditinggalin kalo saya yang kecepean dan alhasil
saya yang banyak minta istirahat.
Suasana gelap gulita, membuat saya teringat dengan cerita jaman
dahulu yang terperangkap dalam gua. Persis seperti itu saya merasa susah
sebenar benarnya kesusahan, minta tolong kesiapa? Pulsa gak ada, ngeureunkeun
(Indonesia: berhentikan) mobil tidak ada yang mau eureun, sementara
kami akan lewatin jalan diyakini sebagian orang mistik. Kami bertiga
berdoa, masing masing punya amal kebaikan, lalu ini yang saya ucapkan “ ya
Alloh andai saja kebaikan itu yang pernah saya lakukan bisa menolong kami
pulang dengan aman dan selamat, saya rela ya Alloh untuk dijadikan penonolong
kami”, jreng pertolongan datang,
yak enggak lah.
Pertolongan tidak datang begitu saja, sampai saya terus melanjutkan
perjalan dalam keadaan was was. Alloh memang hebat, maha hebat. Alloh eksekusi
do’a kami dengan indah tetap dipermudah dan tetap sesuai rencana (gowes
pulang pergi), bahkan kami sudah lupa dengan do’a yang kami harapkan untuk ada
bantuan. Disela-sela kami lupa itu, Alloh kirim tiga orang untuk membimbing
kami, menerangi (lampu) kami, hingga akhirnya saya dan kawan kawan sampai ke
rumah dengan aman, tidak ada ketakutan, senang bahagia.
Siapa 3 orang itu? Bapak saya, adik bungsu saya dan teman bapak
saya dengan satu motor. Hebat!
Alloh berikan yang terbaik, padahal saya minta Alloh datangkan
mobil kemudian kami naik, tak peduli misi kami selesai atau tidak. Cantik
sekali, Alloh bantu kami dan misi selesai.
Sekali kali deh ente coba buktiin berada dalam
kesusahan dan langsung ditolong Alloh dengan cara yang cantik, enak bener
dah!! , sensasi pertolongan dari yang maha penolong.
Bersepeda malam itu jadi wisata hati, wisata mata, wisata otot dan wisata
IMAN!
Hanif hikmatyar awaludin [owner hanifpost]
No comments:
Post a Comment